Senin, 28 Januari 2013

MUSEUM PUSAT TNI AU DIRGANTARA MANDALA

Tonggak dasar dalam mendirikan museum di lingkungan TNI AU adalah  dengan dikeluarnya Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor : 491 Tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumentasi, Sejarah dan Museum Angkatan Udara Republik Indonesia, namun realisasi bentuk museum belum berwujud secara nyata sehingga para pemimpin TNI AU memandang perlu adanya usaha untuk memajukan keberadaan museum dengan cara melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan. Upaya ini ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Instruksi Menteri/Panglima Angkatan Udara No. 2 Tahun 1967 tanggal 30 Juli 1967 tentang Peningkatan Kegiatan Bidang Sejarah, Budaya dan Museum Angkatan Udara. Sejak saat itu mulai ada titik terang dalam meletakkan rencana kerja bagi perkembangannya.

Pada tanggal 4 April 1969 diresmikan berdirinya Museum Pusat Angkatan Udara Republik Indonesia oleh Menteri Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Roesmin Nurjadin yang berlokasi di kawasan Markas Komando Wilayah Udara V (Makowilu) Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta Pusat. Sebelumnya,  bertepatan dengan Hari Bakti TNI AU tanggal 29 Juli 1968 di Lembaga Pendidikan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) Bagian Udara Yogyakarta yang saat ini bernama Akademi Angkatan Udara (AAU) telah diresmikan berdirinya Museum Pendidikan Karbol oleh Men/Pangau Laksdya Udara Roesmin Nurjadin. Upaya-upaya untuk mengintegrasikan kedua museum tersebut mulai dilakukan. Lokasi yang direncanakan adalah Yogyakarta, dengan dasar pertimbangan penentuan lokasi museum berada di Yogyakarta adalah sebagai berikut :
  • Pada tahun 1945-1949 Yogyakarta memegang peranan penting sebagai tempat lahir dan pusat perjuangan TNI Angkatan Udara.
  • Yogyakarta adalah tempat penggodokan Taruna-taruna Angkatan Udara(Karbol) sebagai calon  perwira TNI AU.
  • Perlu pemupukan semangat minat dirgantara, nilai-nilai 45 dan tradisi juang TNI AU yang mengacu  pada semangat Maguwo.
Atas dasar pertimbangan tersebut, Kepala Staf TNI Angkatan Udara mengeluarkan keputusan No. Kep/11/IV/1978 tanggal 17 April 1978 yang menetapkan bahwa Museum Pusat AURI yang semula berkedudukan di Jakarta dipindahkan ke Yogyakarta, diintegrasikan dengan Museum Pendidikan/Museum Karbol menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala dengan memanfaatkan bekas gedung Link Trainer yang berada di kawasan kesatrian AKABRI Bagian Udara. Operasi boyong perpindahan benda-benda koleksi museum dari Museum Pusat AURI di Jakarta ke Yogyakarta (AKABRI Bagian Udara) telah mulai sejak Nopember 1977. Penyempurnaan selanjutnya setelah pengintegrasian adalah keluarnya Keputusan Kasau Nomor : Skep/04/IV/1978 tanggal 17 April 1978, tentang pemberian nama Museum Pusat TNI AU ”Dirgantara Mandala”.  Hal ini dilaksanakan bersamaan dengan peresmian Museum Sekbang Pertama 1945 yang berlokasi di dekat Base Ops Lanud Adisutjipto.

Koleksi-koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala terus berkembang terutama alutsista udara berupa pesawat terbang, sehingga gedung museum di Kesatrian  AKABRI Bagian Udara tidak dapat menampung. Pimpinan TNI AU memutuskan untuk memindahkan lagi, selanjutnya museum dipindahkan menempati gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adistujipto. Sebagai tanda dimulainya pembangunan/rehabilitasi gedung tersebut, maka pada tanggal 17 Desember 1982 Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani sebuah prasasti. Hal ini diperkuat dengan  Surat Perintah Kepala Staf TNI AU No. Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang rehabilitasi gedung bekas pabrik gula tersebut untuk dipersiapkan sebagai gedung permanen Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, yang kemudian diresmikan pada tanggal 29 Juli 1984 oleh Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Sukardi, dengan luas area museum seluruhnya + 8,2 Ha. Luas bangunan seluruhnya yang digunakan 8.765 M2. Tempat ini yang hingga sekarang dipergunakan sebagai museum dan telah dilakukan beberapa kali renovasi dalam rangka penyempurnaan sehingga menjadi tempat yang layak sebagai sebuah museum.
Sesuai perkembangan organisasi yang tertuang dalam Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur TNI AU yang dijabarkan dalam Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor : Kep/4/IV/2004 tanggal 1 Maret 2004 tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Dinas Perawatan Personel Angkatan Udara, maka organisasi museum mengalami perubahan.  Dengan berlakunya keputusan kasau tersebut, maka Monumen Perjuangan TNI AU dan Museum Amerta Dirgantara Mandala menjadi bagian dari Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.

Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala yang berlokasi di Pangkalan Udara Adisutjipto, sejak tahun 2011 berada di bawah pembinaan Sub Dinas Sejarah (Subdisjarah), Dinas Penerangan Angkatan Udara (Dispenau), sesuai Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/21/III/2012 tanggal 30 Maret 2011 tentang Alih Kodal Museum Pusat Dirgantara dari Diswatpersau ke Dispenau dan Instruksi Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Ins/2/IV/2012 tanggal 8 April 2012 tentang Pelaksanaan Pengalihan Pembinaan Museum Pusat Dirgantara Mandala (Muspusdirla) dari Diswatpersau ke Dispenau, serta Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Perkasau/21/IV/2012 tanggal 8 April 2012 tentang Pengalihan Pembinaan Museum Pusat Dirgantara Mandala (Muspusdirla) dari Diswatpersau ke Dispenau, yang kemudian ditindak lanjuti dengan Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Perkasau/167/XII/2012 tanggal 28 Desember 2012 tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Dispenau.


Letak Museum

Museum terletak di ujung Kabupaten Bantul perbatasan dengan Kabupaten Sleman dan tepatnya berada dikomplek Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto Yogyakarta, tidak jauh dari jalan raya rute bus Yogyakarta Solo dengan cek point SD Angkasa. Jarak dari pusat kota kurang lebih 6 kilometer ke arah timur. Museum ini dapat dijangkau dengan sarana transportasi sebagai berikut :
  • Kendaraan pribadi dapat langsung ke lokasi museum dengan pintu masuk tepat di sebelah SD Angkasa Lanud Adisutjipto di tepi jalan raya rute Yogya-Solo.
  • Dari terminal bus Yogyakarta,  dapat menggunakan bus jurusan  Solo atau bus kota jalur 7 menuju museum dengan cek point SD Angkasa.
  • Dari stasiun Tugu Yogyakarta,  menggunakan bus kota ke terminal bus dan dilanjutkan menuju museum dengan cek point SD Angkasa seperti tersebut pada butir 2.
  • Dari Bandara Adisutjipto menuju museum kurang lebih 3 km, dapat  menggunakan taksi atau kendaraan umum/bus-colt menuju ke Yogya, dengan cek point SD Angkasa.
Tata Pameran Koleksi

Pameran museum merupakan suatu sistem penyajian koleksi atau suatu kegiatan teknis penataan koleksi pada suatu ruang pameran tetap maupun tidak tetap yang dapat diatur berdasarkan suatu sistem tertentu sehingga menjadi suatu kesatuan yang harmonis, komunikatif, informatif dan edukatif. Tujuan umum dari pameran ini adalah untuk memberikan informasi yang cukup tentang benda-benda koleksi kepada pengunjung. Tujuan utama dari tata pameran adalah bahwa pameran harus dapat berkomunikasi dengan publik pengunjungnya. Penyelenggaraan pameran harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, intelektual dan emosional dari publiknya.

Mengingat bahwa tidak semua koleksi yang mendukung bukti sejarah dipamerkan pada satu ruang, maka koleksi tersebut dikelompokkan pada beberapa ruang. Peristiwa yang memiliki bukti berupa gambar, divisualisasikan dalam bentuk diorama yang bersifat imajiner. Berbagai jenis koleksi berusaha untuk dikumpulkan, dirawat dan dipamerkan mulai dari pesawat terbang, pakaian, dan tanda pangkat, foto-foto, alat komunikasi, senjata, dan beberapa visualisasi peristiwa melalui diorama serta koleksi-koleksi lainnya. Koleksi yang telah terkumpul digelar dan dipamerkan di dalam museum, masing-masing ruangan memiliki nama sebagai berikut :
  • Ruang Utama, memuat koleksi lambang TNI-AU beserta jajarannya, Para Pahlawan Nasional dari TNI- AU, foto Kepala Staf TNI AU dan para tokoh penerima Bintang Swa Bhuwana Paksa, serta tanda-tanda kehormatan militer.
  • Ruang Kronologi, yang menggambarkan sejarah perjuangan dan perkembangan TNI-AU mulai dari Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945.
  • Ruang Seragam TNI AU, di ruangan ini memuat Berbagai seragam yang pernah digunakan TNI AU sejak tahun 1945 hingga saat ini.
  • Ruang Kotama dan Ruang Kasau, memuat koleksi dan benda-benda yang berkaitan denagan Kotama di ajaran TNI-AU, diantaranya; Korpaskhasau, Kodikau, AAU, Seskoau, Koharmatau, Koopsau, Kohanudnas dan perkembangan Sekolah Penerbang TNI Angkatan Udara serta barang-barang dan benda yang pernah dipakai oleh Para Mantan Kasau.
  • Ruang Alutsista, memuat koleksi alat utama system senjata udara yang pernah digunakan oleh TNI-AU dari tahun 1945 hingga tahun 1970-an berupa pesawat, radar, peluru kendali dan roket.
  • Ruang Diorama ,menampilkan perkembangan dan berbagai kegiatan TNI AU, serta SKSD Palapa .
  • Ruang Minat Dirgantara, memuat tentang lambang-lambang skadron udara dan jenis pesawat pendukungnya, Pesawat Starlite serta koleksi buku-buku terbitan TNI-AU.
Pada halaman gedung dipajang pesawat Tupolev TU-16 B KS, UF 1 Albatros, PBY-5A Catalina dan peluru kendali SA-75, pesawat A-4 Skayhawk dan Pesawat OV-10 Bronco yang merupakan koleksi pesawat terbaru dipajang di depan gedung museum pada bulan Januari 2011.

Dalam rangka melengkapi fasilitas museum sebagai sarana penunjang serta untuk lebih meningkatkan penanaman minat dirgantara pada generasi penerus, dibangun Mini Teater yang telah diresmikan oleh Kepala Staf Anagkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat S. IP pada tanggal 27 Januari 2011.  Mini theater merupakan salah satu fasilitas teknologi informasi dan multi media untuk memberikan informasi kepada para pengunjung melalui pemutaran film tentang berbagai hal terkait kedirgantaraan. Mini Theater bertujuan untuk menampilkan tayangan sejarah secara lebih menghibur, mendidik, informatif, sehingga diharapkan dapat mendorong animo masyarakat mengunjungi museum.
Museum yang di buka setiap hari mulai pukul 08.30 s/d 15.00 tersebut memiliki berbagai pasilitas penunjang lain seperti tempat parkir yang luas dan nyaman, sarana ibadah, toko souvenir, dan kantin
.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More